Lima Penemuan dari Dunia Muslim

berbagiyangbaik.blogspot.com

' ' 'Aljabar, itu adalah salah satu kontribusi paling penting dari peradaban emas dunia Muslim ke dunia modern. Aljabar dikembangkan oleh ilmuwan besar dan matematikawan, Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, yang hidup 780-850 di Persia dan Irak...

Minuman Kopi
Sekitar 1.6 milyar  cangkir kopi dikonsumsi setiap hari di seluruh dunia. Miliaran orang menjadikannya sebagai bagian dari rutinitas sehari-hari mereka. Namun, sangat sedikit orang tahu tentang asal-usul minuman kopi.

Menurut catatan sejarah, di tahun 1400-an kopi menjadi minuman yang sangat populer di Yaman, di Jazirah Arab bagian selatan. Menurut kisahnya ada seorang gembala bernama Kaldi (ada yang mengatakan di Yaman, ada yang mengatakan di Ethiopia) memperhatikan bahwa kambingnya menjadi sangat energik dan gelisah ketika mereka makan sejenis biji  dari pohon tertentu. Dia mencobanya dan merasakan energinya makin bertambah. Seiring waktu, tradisi memanggang biji kopi dan menyeduhnya dalam air panas terus berkembang dan dengan demikian, lahirlah minuman kopi.

Terlepas dari benar tidaknya kisah tentang gembala tersebut, faktanya kopi ditemukan sepanjang dataran tinggi Yaman sampai ke seluruh Kekaisaran Ottoman.

Kedai Kopi yang mengkhususkan diri dalam menjual minuman  muncul di semua kota-kota besar dunia Muslim: Kairo, Istanbul, Damaskus, dan Baghdad. Dari sinilah, kopi sampai ke Eropa melalui pedagang kota besar Venesia. Walaupun begitu, kemunculan kopi di Eropa pada awalnya di kecam oleh Otoritas Katolik, karena disebut sebagai “minuman orang Muslim”. Namun seiring berjalannya waktu, kopi pun menjadi bagian dari budaya Eropa. Kedai-kedai kopi di Eropa tersebar mulai tahun 1600 M dan menjadi tempat para filsuf bertemu dan membahas isu-isu seperti hak-hak manusia, peran pemerintah, dan demokrasi. Diskusi   sambil minum kopi ini melahirkan apa yang menjadi Gerakan Pencerahan, salah satu gerakan intelektual yang paling kuat dari dunia modern.

Aljabar
Aljabar, itu adalah salah satu kontribusi paling penting dari peradaban emas dunia Muslim ke dunia modern. Aljabar dikembangkan oleh ilmuwan besar dan matematikawan, Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, yang hidup 780-850 di Persia dan Irak.

Dalam buku monumentalnya, Al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-jabr wa-l-Muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing), ia membentuk prinsip-prinsip dasar persamaan aljabar. Nama buku itu sendiri mengandung kata "al-jabr", yang berarti "selesai", dari kata inilah diturunkan kata algebra dalam bahasa Latin. Dalam buku itu, al-Khawarizmi menjelaskan cara menggunakan persamaan aljabar dengan variabel yang tidak diketahui untuk memecahkan masalah dan aplikasinya seperti untuk  perhitungan zakat dan pembagian warisan.

Aspek unik dari alasannya untuk mengembangkan aljabar adalah keinginan untuk membuat perhitungan yang lebih mudah dan dapat diselesaikan di zaman yang saat itu belum ada  kalkulator dan komputer.

Buku Al-Khawarizimi ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di Eropa pada 1000-an dan 1100-an, di mana ia dikenal sebagai Algoritmi (kata algoritma berasal dari nama dan karya matematikanya).

Tanpa karyanya dalam mengembangkan aljabar, aplikasi praktis dalam matematika, seperti teknik, tidak akan mungkin. Karya-karyanya digunakan sebagai buku pelajaran matematika di universitas-universitas Eropa selama ratusan tahun setelah kematiannya.

Pemberian Gelar di Universitas
Perguruan tinggi  juga merupakan penemuan yang dimungkinkan oleh dunia Muslim. Di awal sejarah Islam, masjid berfungsi juga sebagai sekolah, sebagai tempat belajar ilmu-ilmu Islam seperti Al-Quran, fiqh, dan hadits. Seiring dengan  berkembangnya  dunia Muslim dirasa perlu ada lembaga formal, yang dikenal sebagai madrasah, yang didedikasikan untuk pendidikan.

Madrasah resmi pertama adalah al-Karaouine, didirikan pada 859 oleh Fatima al-Fihri di Fes, Maroko. Sekolah ini  menarik beberapa ulama terkemuka dari Afrika.

Di al-Karaouine, siswa diajarkan oleh guru selama beberapa tahun dalam berbagai mata pelajaran ilmu sekuler dan religius. Pada akhir program, jika siswa dianggap telah memenuhi syarat, mereka akan memberikan mereka sertifikat yang dikenal sebagai ijazah, yang mengakui bahwa siswa tersebut telah menguasai materi dan memenuhi syarat untuk mengajar materi tersebut.

Lembaga-lembaga pendidikan pemberi gelar dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Muslim. Universitas Al-Azhar didirikan di Kairo pada 970, dan di 1000-an, Dinasti Seljuk mendirikan puluhan madrasah di seluruh Timur Tengah. Konsep lembaga yang memberikan sertifikat kelulusan menyebar ke Eropa melalui Muslim Spanyol, tempat para  mahasiswa Eropa  melakukan perjalanan studi.
Universitas Bologna di Italia dan Oxford di Inggris yang didirikan pada abad ke-11 dan ke-12 dan meneruskan tradisi Muslim memberikan gelar kepada para siswa mereka, dan menggunakannya sebagai ukuran kualifikasi seseorang dalam mata pelajaran tertentu.
Marching Band Militer
Marching band sekolah  dikembangkan dari penggunaan marching band militer selama Zaman Gunpowder di Eropa yang dirancang untuk memberi semangat prajurit selama pertempuran. Tradisi ini memiliki asal-usul dalam band mehter Ottoman dari 1300-an yang membantu membuat tentara Ottoman menjadi salah satu tentara yang paling kuat di dunia.

Sebagai bagian dari pasukan elit Kekaisaran Ottoman, tujuan mehter band adalah untuk memainkan musik yang keras yang akan menakut-nakuti musuh Digunakan Selama penaklukan Ottoman atas Balkan selama  abad  ke 14 - 16, band mehter selalu menyertai tentara Ottoman  yang tampaknya hampir tak terkalahkan bahkan dalam menghadapi aliansi Eropa.

Akhirnya, kaum Kristen  Eropa juga menggunakan band militer untuk menakut-nakuti musuh. Legenda mengatakan bahwa setelah pengepungan Ottoman di  Wina pada 1683, tentara Ottoman mundur dan meninggalkan puluhan alat musik, yang kemudian oleh pasukan Austria dikumpulkan, dipelajari, dan mereka manfaatkan. Tentara di seluruh Eropa lalu mulai menerapkan marching band militer, dan merevolusi cara perang yang berkecamuk di Eropa selama berabad-abad.

Kamera
Sulit untuk membayangkan dunia tanpa fotografi. Namun hal ini tidak mungkin tanpa karya inovatif dari ilmuwan Muslim abad ke-11, Ibn al-Haytham, yang mengembangkan penelitian di bidang optik dan menggambarkan bagaimana kamera pertamanya bekerja.

Ibn al-Haytham, bekerja di kota kekaisaran Kairo pada awal tahun 1000-an, adalah salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa. Ia mengembangkan metode ilmiah, proses dasar dimana semua penelitian ilmiah dilakukan. Ketika ia dihukum dengan tahan rumah oleh Dinasti Fatimiyah ketika al-Hakim berkuasa, dia punya banyak waktu dan kemampuan untuk mempelajari bagaimana cahaya bekerja. Penelitiannya sebagian terfokus pada bagaimana kamera lubang jarum bekerja.

Ibn al-Haytham adalah ilmuwan pertama yang menyadari bahwa ketika lubang kecil diletakkan ke sisi kotak gelap kedap cahaya, sinar cahaya dari luar akan diproyeksikan melalui lubang jarum ke dalam kotak dan ke dinding belakangnya. Dia menyadari bahwa semakin kecil lubang jarum (aperture), semakin tajam kualitas gambar, dan akan menghasilkan kamera yang sangat akurat dan tajam saat mengambil foto.
Tanpa penelitian Ibn al-Haytham mengenai bagaimana cara cahaya menembus lubang jarum dan diproyeksikan melalui lubang tersebut, mekanisme dan perkembangan modern di bidang  kamera tidak akan pernah  ada.
http://lostislamichistory.com/5-muslim-inventions-that-changed-the-world/

Post a Comment

Previous Post Next Post