Al-Qur'an laksana intan permata yang
setiap ujungnya memancarkan cahaya berkilauan. Ilustrasi ini memberikan
pengertian bahwa al-Qur'an merupakan mata air yang telah mengilhami munculnya
berjilid-jilid kitab tafsir. Mereka, para mufasir yang menulis kitab tafsir itu,
menggunakan beragam metode dalam menafsirkan al-Qur'an
Salah satu kitab tafsir yang sangat familier di Indonesia, terutama di kalangan pondok pesantren, adalah kitab tafsir Jalalain. Kitab ini sangat mudah dijumpai karena sampai sekarang pengkajian kitab ini masih dapat kita temukan di berbagai pondok di Indonesia. Dalam makalah ini akan dikaji tentang seluk beluk yang berkaitan dengan tafsir Jalalain.
Salah satu kitab tafsir yang sangat familier di Indonesia, terutama di kalangan pondok pesantren, adalah kitab tafsir Jalalain. Kitab ini sangat mudah dijumpai karena sampai sekarang pengkajian kitab ini masih dapat kita temukan di berbagai pondok di Indonesia. Dalam makalah ini akan dikaji tentang seluk beluk yang berkaitan dengan tafsir Jalalain.
Biografi Pengarang
Kitab ini dikarang oleh dua orang Imam
yang agung, yakni Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuthi. Jalaluddin
al-Mahalli bernama lengkap Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad
al-Imam al-Allamah Jalaluddin al-Mahalli. Lahir pada tahun 791 H/1389 M di
Kairo, Mesir. Ia lebih dikenal dengan sebutan al-Mahalli yang dinisbahkan pada
kampung kelahirannya. Lokasinya terletak di sebelah barat Kairo, tak jauh dari
sungai Nil.
Sejak kecil tanda-tanda kecerdasan sudah
mencorong pada diri Mahalli. Ia ulet menyadap aneka ilmu, misalnya tafsir, ushul
fikih, teologi, fikih, nahwu dan logika. Mayoritas ilmu tersebut dipelajarinya
secara otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama-ulama salaf pada
masanya, seperti al-Badri Muhammad bin al-Aqsari, Burhan al-Baijuri, A'la
al-Bukhari dan Syamsuddin bin al-Bisati. Al-Mahalli wafat pada awal tahun 864 H
bertepatan dengan tahun 1455 M.
Sedangkan al-Suyuthi bernama lengkap Abu
al-fadhl Abdurrahman bin Abi Bakr bin Muhammad al-Suyuthi al-Syafi'i. Beliau
dilahirkan pada bulan Rajab tahun 849 H dan ayahnya meninggal saat beliau
berusia lima tahun tujuh bulan. Beliau sudah hafal al-Qur'an di luar kepala pada
usia delapan tahun dan mampu menghafal banyak hadis. Beliau juga mempunyai guru
yang sangat banyak. Di mana menurut perhitungan muridnya, al-Dawudi, mencapai 51
orang. Demikian juga karangan beliau yang mencapai 500 karangan. Beliau
meninggal pada malam Jum'at 19 Jumadil Awal 911 H di rumahnya.
Latar Belakang
Penulisan
Riwayat hidup al-Mahalli tak
terdokumentasi secara rinci. Hal ini disebabkan ia hidup pada masa kemunduran
dunia Islam. Lagi pula ia tak memiliki banyak murid, sehingga segala
aktivitasnya tidak terekam dengan jelas. Walau begitu, al-mahalli dikenal
sebagai orang yang berkepribadian mulia dan hidup sangat pas-pasan, untuk tidak
dikatakan miskin. Guna memnuhi kebutuhan sehari-hari, ia bekerja sebagai
pedagang. Meski demikian kondisi tersebut tidak mengendurkan tekadnya untuk
terus mengais ilmu. Tak mengherankan jika ia mempunyai banyak karangan yang
salah satunya adalah Tafsir al-Qur'an al-'Adzim yang lebih dikenal dengan nama
Tafsir Jalalain tetapi belum sempurna.
Sedangkan al-Suyuthi-lah yang
menyempurnakan "proyek" gurunnya. Pada mulanya beliau tidak berminat menulis
tafsir ini, tetapi demi memelihara diri dari apa yang telah disebutkan oleh
firman-Nya: (“dan barang siapa yang buta hatinya didunia ini, niscaya
diakhirat nanti ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang
benar”). (Qs, al-Isra’ :72)
maka dia menulis kitab ini, kitab ini
selesai ditulis pada hari Ahad, tanggal 10 Syawal 870 Hijriah, Penulisannya di
mulai pada hari rabo, awal ramadhan dalam tahun yang sama, kemudian konsep
jadinya diselesaikan pada hari Rabu 8 Safar 871 Hijriah.
Bentuk, Metode dan Corak Tafsir
Jalalain
Istilah bentuk penafsiran tidak dijumpai
dalam kitab-kitab 'ulum al-Qur'an (ilmu tafsir) pada abad-abad yang silam bahkan
sampai periode modern sekalipun tidak ada ulama tafsir yang menggunakannya. Oleh
karenanya tidak aneh bila dalam kitab-kitab klasik semisal al-Burhan fi 'Ulum
al-Qur'an karangan al-Zarkasyi, al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an karya al-Suyuthi,
dan lain-lain tidak dijumpai term tersebut.
Namun menurut Nashruddin Baidan, dapat
disimpulkan bahwa penafsiran yang diterapkan olah para mufasir sejak pada masa
Nabi sampai dewasa ini dapat dikerucutkan menjadi dua macam, yakni tafsir bi
al-ma'tsur dan bi al-ra'y.
Tafsir Jalalain merupakan tafsir yang
menggunakan bentuk bi al-ra'y. Karena dalam menafsirkan ayat demi ayat
menggunakan hasil pemikiran atau ijtihad para mufasir (meskipun tidak menafikan
riwayat). Sebagai contoh ketika al-Jalalain menafsirkan penggalan ayat berikut
ini:
(ولا
تتبدلواالخبيث) الحرام (بالطيب) الحلال أى تأخذوه بدله كما تفعلون من أخذ الجيد من
مال اليتيم وجعل الردئ من مالكم مكانه.
Di sini kelihatan dengan jelas bahwa
ketika menafsirkan penggalan ayat tersebut al-Suyuthi murni menggunakan
pemikirannya tanpa menyebut riwayat. Sedangkan Ibnu Katsir menggunakan bentuk bi
al-ma'tsur. Beliau ketika menafsirkan penggalan suatu ayat langsung merujuksuatu riwayat. Sehingga seakan-akan beliau tidak punya pendapat sendiri tentang hal tersebut. Hal inilah yang membedakan antara bentuk
bi al-ma'tsur dengan bentuk bi al-ra'y. Tafsir yang menggunakan bentuk bi
al-ma'tsur sangat tergantung dengan riwayat. Tafsir ini akan tetap ada selama
riwayat masih ada. Berbeda dengan tafsir bi al-ra'y yang akan selalu berkembang
dengan perkembangan zaman. Adapun mengenai metode yang digunakan tafsir Jalalain
menggunakan metode Ijmali (global). Sebagaimana diungkapkan oleh al-Suyuthi
bahwa beliau menafsirkan sesuai dengan metode yang dipakai oleh al-Mahalli yakni
berangkat dari qoul yang kuat, I'rab lafadz yang dibutuhkan saja, perhatian
terhadap Qiraat yang berbeda dengan ungkapan yang simpel dan padat serta
meninggalkan ungkapan-ungkapan bertele-tele dan tidak perlu. Mufasir yang
menggunakan metode ini biasanya menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an secara ringkas
dengan bahasa populer dan mudah dimengerti. Ia akan menafsirkan al-Qur'an secara
sistematis dari awal hingga akhir. Di samping itu, penyajiannya diupayakan tidak
terlalu jauh dari gaya (uslub) bahasa al-Qur'an, sehingga penbengar dan
pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar al-Qur'an, padahal yang didengarnya
adalah tafsirnya.
Berbeda dengan metode yang digunakan oleh
Ibnu Katsir sebagaimana terlihat dalam contoh. Dari contoh tersebut Ibnu Katsir
menggunakan metode Tahlili (analitis). Perbedaannya terletak pada terget yang
ingin dicapai. Jika yang diinginkan adalah hanya untuk mengetahui makna kosa
kata, tidak memerlukan uraian yang luas, maka cukup menggunakan metode Ijmali
seperti Tafsir Jalalain. Tetapi jika target yang ingin dicapai adalah suatu
penafsiran yang luas tetapi tidak menuntaskan pemahaman yang terkandung dalam
ayat secara komprehensif, maka metode yang cocok adalah metode Tahlili
(analitis), sebagaimana tafsirnya Ibnu Katsir. Corak penafsiran ialah suatu
warna, arah, atau kecenderungan pemikiran atau ide tertentu yang mendominasi
sebuah karya tafsir. Jadi kata kuncinya adalah terletak pada dominan atau
tidaknya sebuah pemikiran ide tersebut. Bila sebuah kitab tafsir mengandung
banyak corak (minimal tiga corak) dan kesemuanya tidak ada yang dominan karena
porsinya sama, maka inilah yang disebut corak umum.
Adapun tafsir Jalalain karena uraiannya
sangat singkat dan padat dan tidak tampak gagasan ide-ide atau konsep-konsep
yang menonjol dari mufasirnya, maka jelas sekali sulit untuk memberikan label
pemikiran tertentu terhadap coraknya. Karena itu pemakaian corak umum baginya
terasa sudah tepat kerena memang begitulah yang dijumpai dalam tafsiran yang
diberikan dalam kitab tersebut. Itu artinya bahwa dalam tafsirnya tidak
didominasi oleh pemikiran-pemikiran tertentu melainkan menafsirkan ayat-ayat
al-Qur'an sesuai dengan kandungan maknanya.
Budaya tafsir-menafsir merupakan bagian
dari peradaban Islam. Budaya ini yang menjadikan intelektual Islam menjadi
terangkat namanya dalam kancah internasional. Salah satu tafsir yang populer di
Indonesia adalah tafsir Jalalain. Tafsir ini begitu populernya, sehingga
hukumnya "wajib" mengkaji tafsir ini di kalangan pesantren. Kesemuanya itu tak
terlepas dari isi tafsir itu sendiri yang isinya singkat dan padat serta para
mufasirnya yang begitu karismatik.
-- Di sini tersedia download Tafsir Jalalain komplit, TAFSIR JALALAIN, Jalaluddin Asy-Syuyuthi & Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy, PESANTREN PERSATUAN ISLAM 91 KOTA TASIKMALAYA Final Version, Tasikmalaya, 1 Jumadits Tsani s.d. 1 Rajab 1429 H / 10 Juni 2009 M, Kompilasi CHM oleh Dani Hidayat

إرسال تعليق