''' Polusi bukan
hanya merusak lingkungan tapi juga bisa berakibat buruk bagi otak. Paparan
jangka panjang terhadap partikel halus dari polusi udara bisa mengubah struktur
otak dan menyebabkan gangguan kognitif '''
Temuan kunci
yang diterbitkan dalam jurnal Stroke American Heart Association tanggal 23
April 2015, konsisten dengan penelitian sebelumnya yang telah menunjukkan
hubungan antara paparan jangka panjang polusi dan tinggal dekat dengan jalan utama
dengan serangan stroke dan fungsi kognitif yang lebih buruk pada orang dewasa.
Udara yang kita
hirup mengandung campuran padat dan cair, termasuk banyak partikel sangat kecil
yang tidak dapat dilihat. Partikel-partikel halus berdiameter 2,5 mikrometer
biasa disebut sebagai Fine particles (PM2.5) dan yang lebih kecil lagi. Untuk
membandingkannya, rambut manusia rata-rata diameternya sekitar 70 mikrometer.
Meskipun sangat kecil, partikel ini menyebabkan banyak kerusakan.
Partikel polusi
udara berasal dari sumber-sumber seperti pembangkit listrik, pabrik, truk dan
mobil, dan kayu yang terbakar. Ketika kita hirup, partikel tersebut masuk
melalui hidung dan tenggorokan. Partikel yang lebih kecil mungkin sangat
beracun, karena dapat melakukan perjalanan lebih dalam dan masuk paru-paru dan
terjebak di sana. Seiring waktu, partikel polusi ini dapat menyebabkan gangguan
pernapasan, peradangan dan efek kardiovaskular. "
Peneliti
menganalisis 943 orang dewasa di Framingham Offspring Study, yang relatif sehat
dan bebas dari demensia dan stroke. Para peserta tinggal di Boston dan seluruh
New England dan New York, di mana tingkat polusi udara yang relatif rendah. Peneliti
menggunakan MRI untuk menentukan bagaimana paparan jangka panjang terhadap
polusi udara mempengaruhi otak.
Para peneliti menemukan bahwa peningkatan 2 mikrogram per meter kubik polusi Fine particles (PM2.5) memiliki hubungan dengan penurunan 0,32 persen volume otak. Fine particles (PM2.5) berdiameter 2,5 mikrometer sehingga hanya dapat dideteksi dengan mikroskop elektron. Sumber partikel halus ini mencakup semua jenis pembakaran, termasuk kendaraan bermotor, pembangkit listrik, pembakaran kayu, kebakaran hutan, pembakaran lahan, dan beberapa proses industri.
Penurunan volume otak sebesar itu setara dengan sekitar satu tahun penuaan otak, karena secara umum volume otak akan cenderung mengecil seiring bertambahnya usia manusia, karena berkurangnya neuron.
Kenaikan yang
sama dari 2 mikrogram per meter kubik partikel halus ini juga berkaitan dengan
peningkatan 46 persen risiko terhadap serangan stroke mendadak yang dapat dilihat
pada scan otak tapi biasanya tidak menyebabkan gejala.
Para peneliti
menemukan bahwa orang-orang yang tinggal di daerah dengan tingkat polusi yang
lebih tinggi memiliki volume otak yang lebih kecil dan juga lebih berisiko
terhadap stroke dibandingkan dengan orang-orang yang tinggal di daerah dengan udara
kurang tercemar. Namun, studi ini dilakukan pada satu titik waktu, sehingga
tidak membuktikan ada hubungan sebab-akibat antara polusi udara dan perubahan
otak.
Ini adalah studi
pertama yang meneliti hubungan antara polusi udara, volume otak dan risiko
stroke pada populasi orang dewasa. Penelitian sebelumnya telah meneliti
hubungan antara polusi udara dan otak pada anak-anak. Tidak jelas persis
bagaimana polusi udara dapat merusak otak manusia. Para peneliti menduga bahwa
polusi udara dapat menyebabkan peradangan meningkat, namun para peneliti masih mencoba
untuk memahami hubungannya.
Yang bisa kita
lakukan adalah gaya hidup sehat secara keseluruhan dengan makan seimbang,
melakukan aktivitas fisik
secara teratur
dan tidak merokok dapat membantu meningkatkan
kesehatan bahkan
di lingkungan yang tercemar.
Diterjemahkan dari : http://www.heart.org/
http://www.livescience.com/50602-air-pollution-brain-volume.html
Post a Comment